1/14/2010

Kebebasan yang Tak Sempurna

Bebas. Kata itu yang sering muncul di banyak benak manusia-manusia yang haus akan jati diri, akan hidup yang menurut mereka akan menjadi kebahagiaan yang bisa menghancurkan semua beban yang mereka panggul selama hidup mereka. Hidup terasa sangat biasa bila tidak ada variasinya dengan berbagai kewajiban yang harus kita penuhi setiap detiknya. Mungkin itu sebabnya ada hak yang diciptakan Yang Kuasa untuk menentukan berbagai pilihan yang ada di dunia ini, yang ada di hidup ini. Kita harus memilih kebutuhan yang penting atau tidak di saat keuangan kita tidak tertolong lagi. Ada pula kita harus memilih apakah lebih baik ikut kuliah atau absen untuk bersenang-senang melepaskan penat di saat yang bersamaan. Kita tidak pernah tahu bagaimana rasanya ada di dalam semua pilihan, Tuhan dengan bijak hanya memilihkan satu pilihan yang terbaik untuk hidup kita. Semua pilihan sebenarnya baik dimataNya, hanya saja umatnya yang memilih dengan pandangan dan caranya yang berbeda-beda. Kadang kita merasa bahwa pilihan itu sudah tepat, pilihan itu sudah akan membebaskan kita dari semua bentuk kekangan, tetapi nyatanya tidak. Siapa yang bilang menjadi bebas itu enak? Sebebas-bebasnya hidup tentunya ada tanggung jawab yang menyertainya. Begitupun dengan pilihan, kita tidak sembarangan memilih karena akan ada resiko yang timbul dari pilihan-pilihan yang kita ambil. Bagaimana dengan halnya “bebas memilih”?

Aku sendiri merasa, sudah saatnya aku bebas dari semua himpitan dan tuntutan hidup, tapi hidup tidak menginginkan aku untuk bebas seperti pikiranku yang menciptakannya. Hidup ingin semua yang dia inginkan harus aku turuti, jika tidak hidup itu akan murka kepadaku. Lalu aku bertanya apa yang salah jika aku bebas? Mereka bilang, bebas itu terlalu berbahaya untuk aku kecap. Aku tanya, bagaimana kalau aku saja yang pilih untuk hidupku sendiri, agar aku senang? Mereka bilang, jika begitu pemikiranmu maka kamu adalah seorang yang egois, sebaiknya kamu turut saja apa pola kami atau kamu pergi dari hidup ini. Bisa dibayangkan oleh kalian, betapa hidup mengecilkan harapan kita di saat kita tahu ada yang lebih benar daripada yang kita yakini sebelumnya. Mungkin ini tantangan pada saat Galileo Galilei membuat pernyataan bahwa Bumi yang berputar mengelilingi Matahari, bukan Matahari yang mengelilingi Bumi. Awalnya berbagai tentangan bahakan cibiran banyak yang ditujukan padanya. Dan sekarang? Pernyataan tersebut dipercayai kebenarannya hingga sekarang. Apakah kita tidak bisa melakukan hal yang serupa untuk hidup kita? Ada yang beruntung hidupnya bisa menerima setiap perubahan di setiap detiknya agar hidup mereka dipenuhi kebenaran yang datang bergantian memberikan informasi untuk mereka supaya tidak tersesat, ada pula yang sampai saat ini hidupnya tidak pernah mau menerima informasi yang terbaru, bahkan mereka terkesan menutup diri dari serangan informasi yang bertubi-tubi datang memaksa agar semua orang tau – tapi tetap saja, local jenius disini yang memenangkan perang dengan serangan tersebut. Mungkin aku termasuk yang masih terperangkap local genius dari hidupku. Hidupku yang memaksa. Sungguh tidak menyenangkan memiliki hidup seperti ini terus. Aku butuh penyegaran jasmani dan rohani saat ini, jika ini masih terus berlanjut sampai aku terlambat menyadarinya. Sesalkah aku nantinya bila hanya begini keadaannya? Sampai detik ini saat aku menulis pun, masih banyak pertanyaan yang membuatku masih terombang ambing pikirannya, masih terlalu heran mengapa hanya hal ini yang dipusingkan oleh hidupku. Aku tak tahu apa motif dari hidupku, sehingga mereka masih bersikukuh agar aku tidak macam-macam, tidak mengecap hidup baru, dan lain sebagainya. Kau tahu, lelah rasanya aku menghadapi hidupku sendiri. Padahal orang lain memandang hidupku ini biasa saja, malah beruntung katanya. Hah. Bisa-bisanya mereka menilai seperti itu tentang hidupku, padahal di balik hidupku masih ada lubang besar yang memisahkanku dengan hidup itu. Aku bahkan tidak dekat, tidak akrab dengan hidupku sendiri. Mengetahui hidupku masih hidup di hidupku saja aku tak tahu, apalagi menjaganya agar tetap hidup? Confused, eh?

Banyak orang yang mengalami seperti aku ini. Mungkin aku salah satunya yang memberontak dari perangkap hidup. Semakin perangkap itu mengecilkan ruangannya, semakin kuat aku untuk memberontak. Sekarang aku hanya bisa merenungi hidupku yang begitu kuno, yang begitu protektif terhadapku, padahal aku kan yang seharusnya memegang kendali hidupku ini. Sekarang aku bebas menulis ini, tetapi aku tak akan tahu berapa banyak yang menyadari maksud tulisanku ini. Aku masih takut menuangkan semua masalah hidupku, karena jika kau jadi aku, kau akan sadar bahwa kebebasan di dunia tidak akan pernah sempurna, hanya kebebasan hakiki sajalah akan kau alami suatu saat nanti, entah kapan pastinya.

Renungkan Sejenak Tentang Kehidupan yang Hakiki


hmmm...
aku tak tahu harus memulai darimana untuk mencurahkan segenap pikiran yang terlintas pada masa lalu yang tak sempat kutuangkan dalam tulisan yang bisa aku buka kembali pada masa depan...
sejuta kata, pikiran, perasaan, berpadu dalam satu hal yang membuat aku merasa telah mengenalnya jauh sebelum aku dilahirkan ke dunia ini...
aku tak berbicara dengan sok puitis, tapi bukan anarkis...hanya sekedar menuliskan hasil pemikiranku saja terhadap apa yang telah ku alami selama hidup ini berjalan sebagaimana mestinya...

aku selalu memerhatikan keadaan kehidupan di sekitarku...
mungkin orang lain tak ada yang berbuat sedemikian rupa sepertiku, tapi ini adalah hal yang menyenangkan sepanjang hidup, sebagai satu-satunya jalan mencari non fiksi ditengah-tengah fiksi...
:-D

sebenarnya aku sendiri juga galau menulis catatan ini...dengan satu dua hal yang mengancamku untuk berekspresi mengembangkan pikiranku ini...tapi tak aku pikirkan lagi semuanya...karena aku yakin setelah ini, pasti ada yang mengerti tentangku...

akhir-akhir ini ada hal yang menyerang kedamaian kalbuku. kutanya, 'siapa kamu?', namun ia hanya diam terpaku. aku tak tahu apa yang membuatnya begitu, tapi aku pun tak merasa mengganggunya. maka kuputuskan saja pada saat itu aku ikut diam bersamanya, mengelana dalam fantasi gila hingga semua pun masih tetap diam di tempat, menunggu fantasi itu beristirahat dan terkunci rapat dalam peti dan memulai lagi petualangannya pada saat terbuka dengan kisah yang berbeda...

ya, semua berubah sesuai dengan keputusanku. aku dihadapkan dengan dua opsi yang buatku itu sama pentingnya. pernahkah kalian sadar, kalian hanya merasakan satu keputusan saja dalam hidup, dan kau berusaha mengimajikan yang satunya lagi tanpa menjadi nyata? seringnya kita merasakan hal itu. terkadang kau bisa saja berharap merasakan keduanya...

semuanya yang ada di hidupku, bergerak seperti yang aku mau, yang aku harapkan, sampai yang ku benci sekalipun semua terwujud. wah. permainan sistem ke semesta yang hebat. betapa Yang Kuasa begitu pemurah memberikan segalanya, hingga keluhan kita pun diwujudkanNya...betapa mereka yang dikaruniakan keridhoan olehNya seharusnya selalu bersyukur, bahwa nasibnya jauh lebih baik daripada mereka yang hanya mendapatkan karunia yang maya, seperti aku. bisa saja kau katakan aku yang tak pernah bersyukur, tapi demi Yang Kuasa, aku selalu bersyukur. tidakkah mereka lihat kami yang papa ini selalu memujanya dengan segenap hati, tapi mereka yang selain kami hanya tertawa tanpa mencarikan suatu solusi yang baik dan benar? haha. memang itu sekarang perkara yang manusia hadapi hingga keadilan akan segera muncul membinasakan yang salah...tunggu saja.

"Nasib bukanlah hadiah dari peluang (change) tetapi hasil dari pilihan (choice). Kemalasan, keras kepala yang menjadi lawan dari kemauan keras untuk maju adalah produk dari pilihan negatif yag sudah menjadi muatan pikiran, kesadaran dan keyakinan kita" -William Jennings Bryant.

kata seseorang yang sangat dekat denganku saat ini, bahwa siapapun yang mau berpikir, ia akan dibukakan jalan menuju keridhoan yang sangat luar biasa. sejenak aku diam. apa yang akan kupikirkan? semuanya telah aku pikirkan, bagaimana ia bisa berkata bahwa aku ini tidak pernah berpikir? jadi apa yang akan aku cerna dalam pikiran sehingga aku akan mencapai maksud dari semua kata-katanya? batinku memaksa melontarkan semua pikiran itu. katanya, pikirkan saja kenyataan yang memang terjadi di depanmu, buka mata, dan lihat semuanya sampai sedalam-dalamnya, maka kau tahu jawaban itu memang sudah ada disana sebelumnya. yakinkan saja hatimu, percaya padaNya, niscaya kau temukan apa yang sebenarnya menjadi hidupmu.

keluhan akan ketidakberhasilan boleh kau tumpahkan setiap harinya pada semua orang, tapi membiarkan diri dikuasai rasa kalah oleh kesulitan-apalagi sudah sampai pada tingkat kemalasan-adalah sumber kekalahan yang sebenarnya. saat ini memang aku kalah dari orang lain, tapi bagiku mengetahui bahwa aku telah menang untuk mengetahui adalah kebanggaan yang sangat rasional ketimbang mereka yang sudah terlalu puas hingga tak sempat untuk menggali kebenaran yang hakiki itu. memang saat ini aku belum bisa memutuskan apakah aku akan sanggup menjalaninya suatu saat nanti, tapi hatiku telah mantap dan bersikukuh untuk melakukannya pada waktu dan cara yang baik. semoga ini yang memang dinginkan oleh yang lain terhadap diriku.

sebenarnya masih banyak yang ingin aku bagikan pada teman-temanku agar mereka tahu apa yang mengganjal di hatiku. tapi aku yakin kalian akan semakin bingung dengan catatanku ini...hehe. jangan terlalu dipikirkan tentang catatan ini, bacalah dan nikmati saja. bisa saja kalian akan mengerti, dan akan memulai untuk membuka dan memperbaharui pikiran kalian sendiri. aku harap.

"Hal lain yang bisa kita lihat dari tradisi orang-orang hebat di dunia ini adalah, tidak ada orang yang menjadi hebat karena tidak punya masalah tetapi sebaliknya bahwa mereka hebat karena masalah. Salah satu rahasianya adalah, mereka sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih akurat dibanding orang lain sehingga mereka secara mental 'menginjak' masalah, bukan 'terkubur' oleh masalah."