DEFINISI JARINGAN SYARAF TIRUAN
Jaringan syaraf tiruan (artifical neural network) adalah
sistem komputasi yang arsitektur dan operasinya diilhami dari pengetahuan
tentang sel syaraf biologis di dalam otak. Jaringan syaraf tiruan merupakan
salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba
menstimulasi proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. Jaringan syaraf
tiruan dapat digambarkan sebagai model matematis dan komputasi untuk fungsi
aproksimasi non-linear, klasifikasi data cluster dan regresi non-parametrik
atau sebuah simulasi dari koleksi model jaringan syaraf biologi.
Model jaringan syaraf ditunjukkan dengan kemampuannya dalam
emulasi, analisis, prediksi dan asosiasi. Kemampuan yang dimiliki jaringan
syaraf tiruan dapat digunakan untuk belajar dan menghasilkan aturan atau
operasi dari beberapa contoh atau input yang dimasukkan dan membuat prediksi
tentang kemungkinan output yang akan muncul atau menyimpan karakteristik input
yang diberikan kepada jaringan syaraf tiruan.
Salah satu organisasi yang sering digunakan dalam paradigma
jaringan syaraf tiruan adalah perambatan galat mundur atau backpropagation. (Hermawan,
2006)
KONSEP DASAR JARINGAN SYARAF TIRUAN
Jaringan syaraf tiruan terdiri dari beberapa neuron dan ada
hubungan antar neuron- neuron seperti pada otak manusia. Neuron/selsaraf adalah
sebuah unit pemroses informasi yang merupakan dasar operasi jaringan syaraf tiruan.
Jaringan syaraf tiruan terdiri atas beberapa elemen
penghitung tak linier yang masing-masing dihubungkan melalui suatu pembobot dan
tersusun secara paralel. Pembobot inilah yang nantinya akan berubah
(beradaptasi) selama proses pelatihan.
Pelatihan perlu dilakukan pada suatu jaringan syaraf tiruan
sebelum digunakan untuk menyelesaikan masalah. Hasil pelatihan jaringan syaraf
tiruan dapat diperoleh tanggapa yang benar (yang diinginkan) terhadap masukan
yang diberikan. Jaringan syaraf tiruan dapat memberikan tanggapan yang benar
walaupun masukan yang diberikan terkena derau atau berubah oleh suatu keadaan.
(Hermawan, 2006)
KARAKTERISTIK JARINGAN SYARAF TIRUAN
Penyelesaian masalah dengan jaringan syaraf tiruan tidak
memerlukan pemrograman. Jaringan syaraf tiruan menyelesaikan masalah melalui
proses belajar dari contoh-contoh pelatihan yang diberikan. Biasanya pada
jaringan syaraf tiruan diberikan sebuah himpunan pola pelatihan yang terdiri
dari sekumpulan contoh pola. Proses belajar jaringan syaraf tiruan berasal dari
serangkaian contoh-contoh pola yang diberikan.metode pelatihan yang sering
dipakai adalah metode belajar terbimbing. Selama proses belajar itu pola
masukan disajikan bersama-sama dengan pola keluaran yang diinginkan. Jaringan akan
menyesuaikan nilai bobotnya sebagai tanggapan atas pola masukan dan sasaran
yang disajikan tersebut. (Hermawan, 2006)
1. Faktor Bobot
Bobot merupakan suatu nilai yang mendefinisikan tingkat atau
kepentingan hubungan antara suatu node dengan node yang lain. Semakin besar
bobot suatu hubungan menandakan semakin pentingnya hubungan kedua node
tersebut.
Bobot merupakan suatu hubungan berupa bilangan real maupun
integer, tergantung dari jenis permasalahan dan model yang digunakan.
Bobot-bobot tersebut bisa ditentukan untuk berada didalam interval tertentu.
selama proses pelatihan, bobot tersebut dapat menyesuaikan dengan pola-pola
input.
Jaringan dengan sendirinya akan memperbaiki diri
terus-menerus karena adanya kemampuan untuk belajar. Setiap ada suatu masalah
baru, jaringan dapat belajar dari masalah baru tersebut, yaitu dengan mengatur
kembali nilai bobot untuk menyesuaikan karakter nilai. (Puspaningrum, 2006)
2. Fungsi Aktivasi
Setiap neuron mempunyai keadaan internal yang disebut level
aktivasi atau level aktivitas yang merupakan fungsi input yang diterima. Secara
tipikal suatu neuron mengirimkan aktivitasnya kebeberapa neuron lain sebagai
sinyal. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa neuron hanya dapat mengirimkan
satu sinyal sesaat, walaupun sinyal tersebut dapat dipancarkan ke beberapa
neuron yang lain.
Ada beberapa pilihan fungsi aktivasi yang digunakan dalam
metode backpropagation, seperti fungsi sigmoid biner, dan sigmoid bipolar.
Karakteristik yang harus dimiliki fungsi fungsi aktivasi tersebut adalah
kontinue, diferensiabel, dan tidak menurun secara monoton. Fungsi aktivasi
diharapkan dapat mendekati nilai-nilai maksimum dan minimum secara baik.
Berikut ini adalah fungsi aktivasi yang sering digunakan yaitu: (Puspaningrum,
2006)
- Fungsi Sigmoid Biner
Fungsi ini digunakan untuk jaringan syaraf yang dilatih
dengan menggunakan metodebackpropagation. Fungsi sigmoid biner memiliki nilai
pada range 0 sampai 1. Fungsi ini sering digunakan untuk jaringan syaraf yang
membutuhkan nilai output yang terletak pada interval 0 sampai 1. Definisi
fungsi sigmoid biner adalah segabai berikut:
f1(x) = 1/(1+ e–x)
dengan turunan
f1’(x) = f1(x) (1- f1(x))
berikut ini ilustrasi fungsi sigmoid biner:
Gambar 1. Ilustrasi
fungsi sigmoid biner dengan range (0,1)
- Fungsi Sigmoid Bipolar
Fungsi sigmoid bipolar hampir sama dengan fungsi sigmoid
biner, hanya saja output dari fungsi ini memiliki range antara 1 sampai -1.
Definisi fungsi sigmoid bipolar adalah sebagai berikut:
f2(x) = 2 f2(x) -1
dengan turunan
f2’(x) = ½ (1+ f2(x))
(1- f2(x))
Berikut ini adalah ilustrasi fungsi sigmoid bipolar:
Gambar 2. Ilustrasi
fungsi sigmoid bipolar dengan range (-1,1)
MODEL JARINGAN SYARAF BACKPROPAGATION
Pelatihan pada jaringan syaraf backpropagation, feedfoward (umpan
maju) dilakukan dalam rangka perhitungan bobot sehingga pada akhir pelatihan
akan diperoleh bobot-bobot yang baik. Selama proses pelatihan, bobot-bobot
diatur secara iteratif untuk meminimumkan error(kesalahan) yang
terjadi. Error (kesalahan) dihitung berdasarkan rata-rata kuadrat
kesalahan (MSE). Rata-rata kuadrat kesalahan juga dijadikan dasar perhitungan
unjuk kerja fungsi aktivasi. Sebagian besar pelatihan untuk jaringan feedfoward (umpan
maju) menggunakan gradien dari fungsi aktivasi untuk menentukan bagaimana
mengatur bobot-bobot dalam rangka meminimumkan kinerja. Gradien ini ditentukan
dengan menggunakan suatu teknik yang disebut backpropagation.
Algoritma pelatihan standar backpropagation akan
menggerakkan bobot dengan arah gradien negatif. Prinsip dasar dari
algoritma backpropagation adalah memperbaiki bobot-bobot
jaringan dengan arah yang membuat fungsi aktivasi menjadi turun dengan cepat.
Pelatihan backpropagation meliputi 3 tahapan
sebagai berikut.
1. Propagasi maju.
Pola masukan dihitung maju mulai dari input layer hingga output
layer menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan.
2. Propagasi mundur.
Selisih antara keluaran jaringan dengan target yang
diinginkan merupakan kesalahan yang terjadi. Kesalahan yang terjadi itu
dipropagasi mundur. Dimulai dari garis yang berhubungan langsung dengan
unit-unit di output layer.
3. Perubahan bobot.
Modifikasi bobot untuk menurunkan kesalahan yang terjadi.
Ketiga fase tersebut diulang-ulang terus hingga kondisi penghentian dipenuhi.
(Puspaningrum, 2006)
ALGORITMA JARINGAN SYARAF BACKPROPAGATION
Backpropagation merupakan algoritma pembelajaran yang
terwarisi dan biasanya digunakan oleh perceptron dengan banyak
lapisan untuk mengubah bobot-bobot yang terhubung dengan neuron-neuron yang ada
pada lapisan tersembunyinya. Algoritma backpropagationmenggunakan error output untuk
mengubah nilai-nilai bobotnya dalam arah mundur (backward). Tahap perambatan
maju (forward propagation) harus dikerjakan terlebih dahulu untuk mendapatkan
nilai error tersebut. Saat perambatan maju neuron-neuron diaktifkan dengan
menggunakan fungsi aktivasi sigmoid biner yaitu:
Arsitektur jaringan syaraf backpropagation seperti
terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3. Arsitektur backpropagation
Keterangan
:
x1 s/d xn : input
layer
z1 s/d zp : hidden
layer
y1 s/d ym : output
layer
Algoritma backpropagation (Kusumadewi, 2003):
-Inisialisasi bobot (ambil bobot awal dengan nilai random
yang cukup kecil).
-Kerjakan langkah-langkah berikut selama kondisi berhenti
belum terpenuhi.
-Tiap-tiap pasangan elemen yang akan dilakukan pembelajaran,
kerjakan:
Feedforward
[1]. Tiap unit input (xi,
i=1,2,3,…n) menerima sinyal xi dan meneruskan sinyal tersebut
pasa lapisan yang ada diatasnya (lapisan tersembunyi).
[2]. Tiap unit tersembunyi (zj,
j=1,2,3,…,p) menjumlahkan sinyal-sinyal input terbobot:
gunakan fungí aktivasi untuk menghitung
sinyal outputnya:
zj =
f (z_inj)
dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit
dilapisan atasnya (unit-unit output).
[3]. Tiap unit output (yk, k=1,2,3,…,m)
menjumlahkan sinyal-sinyal input terbobot
gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung
sinyal outputnya.
yk=
f (y_ink)
dan kirimkan sinyal tersebut kesemua unit
dilapisan atasnya (unit-unit output).
Backpropagation
[4]. Tiap-tiap unit output (yk,
k=1,2,3,…,m) menerima target pola yang berhubungan dengan pola input
pembelajaran. Hitung informasi errornya.
σk =
(tk – yk) f’(y_ink)
kemudian hitung koreksi bobot (yang
nantinya akan digunakan untuk memperbaiki wjk)
Δwjk =
α σk zij
Hitung juga koreksi bias (yang nantinya
akan digunakan untuk memperbaiki nilai w0k) :
Δwjk =
α σk
Kirimkan σk ini ke
unit-unit yang ada dilapisan bawahnya.
[5]. Tiap-tiap unit tersembunyi (zj,
j=1,2,3,…,p) menjumhlahkan delta inputnya (dari unit-unit yang berada pada
lapisan diatasnya) :
kalikan nilai ini dengan turunan dari
fungsi aktivasinya untuk menghitung informasi error:
σj =
σ_inj f’(z_inj)
kemudian hitung koreksi bobot (yang
nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai vij):
Δvjk =
α σj xi
Hitung juga koreksi bisa (yang nantinya
akan digunakan untuk memperbaiki nilai v0j):
Δv0j =
α σj
Tiap unit output (yk,
k=1,2,3,…,m) memperbaiki bias dan bobotnya (j=0,1,2,3,…,p).
wjk (baru)
= wjk(lama) + Δwjk
Tiap-tiap unit tersembunyi (zj,
j=1,2,3,…,p) memperbaiki bias dan bobotnya (i=0,1,2,3,…,n)
vij(baru)
= vij(lama) + Δvij
IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN
Prediksi ketinggian air selama ini dilakukan dengan
menggunakan metode konvensional dengan menggunakan metode-metode statistika.
Akan tetapi, akan muncul suatu masalah apabila pengamatan dilakukan pada sistem
dinamis, seperti halnya pada sistem prediksi ketinggian air. Dengan menggunakan
teknologi di bidang kecerdasan buatan, yaitu teknologi jaringan syaraf tiruan,
maka identifikasi pola data dari sistem prediksi ketinggian air dapat dilakukan
melalui metode pendekatan pembelajaran atau pelatihan. Berdasarkan kemampuan
belajar yang dimilikinya, jaringan syaraf tiruan dapat dilatih untuk
mempelajari dan menganalisa pola data masa lalu dan berusaha mencari suatu
fungsi yang akan menghubungkan pola data masa lalu dengan keluaran yang
diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan jaringan syaraf
tiruan propagasi balik dalam memprediksi besarnya ketinggian air di suatu
daerah aliran sungai dan untuk mengetahui besarnya tingkat keakuratan prediksi
yang dihasilkan. Perancangan model prediksi ketinggian air menggunakan jaringan
syaraf tiruan dalam karya ilmiah ini dilakukan dengan software MATLAB R2010b.
Pada karya ilmiah ini dilakukan optimisasi pada parameter-parameter jaringan
syaraf tiruan seperti pembagian data antara data pelatihan dan pengujian, laju
pembelajaran, momentum, banyaknya neuron tersembunyi, toleransi galat dan juga
maksimum iterasi. Hal ini dilakukan agar mendapatkan sistem jaringan syaraf
tiruan yang optimal dan memiliki tingkat keakuratan prediksi yang baik. Dari
hasil percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
jaringan syaraf tiruan dengan algoritma pembelajaran propagasi balik dan
arsitektur jaringan dengan 1 lapisan masukan dengan 2 neuron, 1 lapisan
tersembunyi, dan 1 lapisan keluaran dengan 1 neuron, dengan parameter-parameter
yang sesuai berhasil diimplementasikan untuk memprediksi besarnya ketinggian
air di daerah aliran sungai Ciliwung - Bogor. Hasil model memiliki tingkat
keakuratan yang baik dalam prediksi.
Daftar pustaka
Hermawan, A. (2006). Jaringan Syaraf Tiruan Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi
Kusumadewi, S. (2003). Artifical Intellegence (Teknik
dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha Ilmu
Puspaningrum, D. (2006). Pengantar Jaringan Syaraf
Tiruan. Yogyakarta : Andi Offset
kalo kita juga punya nih tentang Jaringan Syaraf Tiruan kalo mau klik link berikut yaa..
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2963/1/Artikel_50403683.pdf
semoga bermanfaat yaa..