Kenapa ya, ada orang yang bimbang menjalani hidupnya? Seperti aku, aku dibesarkan oleh keyakinan yang mendasar dan baku dalam hidupku. Semua berjalan sangat biasa, tak ada problema, tak ada keraguan, tak ada hambatan. Saat itu aku berkata dalam hati, ya Tuhan, hidupku sudah nyaman seperti sekarang ini, semoga kau akan selalu membuatnya seindah ini. Aku merasakan hal-hal yang mengagumkan selama 16 tahun perjalanan hidupku ini, mungkin kemudahan masih berpihak kepadaku saat itu. Kata ibuku, ya Shan, bersyukurlah akan hidupmu, karena kau beruntung menjalani hidup yang selalu diberi kelancaran olehNya. Awalnya aku merasa itu ada benarnya, aku sampai membuat presepsi bahwa hidupku dan keluargaku akan selalu mudah dan bahagia tanpa kekurangan apapun. Tidak berubah, sampai ketika aku menyadari akan ada cerita baru untuk hidupku, cerita yang membuat kau terasa diaduk pikiran dan keyakinan yang selama ini kokoh setiap harinya. Aku tak bisa mangkir, karena aku tahu aku punya pandangan yang berbeda mengenai hal ini. Aku menemukan diriku yang lain dari sebelumnya dan aku menemukan dunia yang tadinya sangat ramah padaku tiba-tiba menudingku dengan berbagai kenyataan pahit yang harus aku pecahkan sendiri. Apakah ini yang disebut dewasa? Ya, mungkin, kata orang-orang di sekitarku, kawan-kawanku yang ku pandang selama ini tidak seberuntung aku, malah aku yang dibalikkan hidupnya, dan mereka pun berhasil membuat aku sadar dan menyesal akan keterlambatan ini. Ya Tuhan, apa ini salahku? Tidak, aku yakinkan ini hanya karena kebutaanku pada dunia. Mungkin dunia sudah memberikan petunjuknya mengenai hidup, hanya saja aku terlalu santai dan tidak merasa bersalah menjalani nasib ini. Kau tahu setelah mataku terbuka, aku menyadari hidupku kini di ambang kebimbangan yang sangat membuatku benar-benar merasa hidup. Aku kini tak lagi merasakan hidup yang mudah dahulu, aku lupa rasanya bagaimana. Karena ia datang membawa perubahan untuk diriku juga hidupku serta paradigmaku yang terlempar jauh dari kesadaran. Aku harus berterimakasih dengan sangat kepadanya, ya setidaknya aku tahu hal ini sebelum waktu tak menyediakan jasanya lagi untukku. Dan karena dirinyalah, aku harus mengisap sari-sari kehidupan yang pahit yang harus aku ubah komposisinya. Sulit sekali. Jalan satu-satunya saat ini hanyalah terus menjalin hubungan khusus dengannya, karena dialah yang akan membawaku nanti ke dunia yang benar-benar “manusia”. Tetapi semakin aku bersamanya, semakin aku harus menutupinya. Orang tuaku mengetahui hal ini, tidak membiarkan aku keluar dari pakem yang sudah mereka suntikkan padaku, memutuskan aku harus pergi darinya. Tetapi aku melawan, aku terus menjaganya dalam dekapan kebohongan dan petak umpet. Mereka yang jaga, aku harus bersembunyi bagaimanapun caranya agar tidak ketahuan. Mungkin hubungan ini layaknya kucing-kucingan, aku tahu dalam waktu dekat pun persembunyianku tetap akan terbongkar, bahkan aku sanagt dekat dengan proses isolasi dari dunia yang akan menghantamku dengan keras. Hatiku selalu berontak setiap harinya, entah apa yang harus aku perbuat. Aku bingung, saat aku bersamanya pun hatiku meledak-ledak menyemburkan kebimbangan, memaksa tubuh ini harus memilih. Aku bisa saja meninggalkan kulit lamaku, tapi regenerasiku ternyata masih mentah, belum waktunya. Kapankah itu akan datang padaku, ya Tuhan? Masihkan aku harus menanggung berbagai kenyataan yang bertentangan dengan hidupku ini sendirian? Meski aku yakin teman-temanku akan membantu, tapi apapun yang mereka akan usahakan tak cukup mengalahkan kekakuan yang ada di otak kuno orang tuaku. Mereka bilang aku belum mengerti, samapi umurku menginjak 18 tahun pun aku masih dikatakan belum mengerti. Ya Tuhan, aku kurang mengerti apa sih? Aku tahu mereka menginginkan yang terbaik untuk hidup anaknya, tapi aku merasa mereka tidak mengeinginkan untuk mengabulkan permintaanku. Satu yang mengangguku, ya Tuhan, apa iya hidupku ditentukan oleh orang lain? Bukankah kau mengajarkan pada kami, kami hanya hidup untukMu? Untuk mencari jalan yang lurus agar kami mencapai tempatMu yang diagung-agungkan umat manusia. Aku ini jiwa yang menjelma menjadi individu, ataukah jiwa yang masih melekat pada jiwa individu yang lain? Aku merasa, itu artinya aku tidak sepenuhnya sinar yang berasal dariMu, ya? Aku ini individu, mana ada nantinya dosa-dosa dan pahala-pahala dari jiwaku ditanggung oleh jiwa yang lain? Aku bimbang, ya Tuhan. Aku sangat membutuhkan petunjukMu, tetapi mengapa aku tak melihat apapun yang menuntunku? Sungguh aku tak mengerti.
……….to be continued.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar